AD - ART

Print Friendly and PDF
ANGGARAN DASAR
YAYASAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BHAKTI KEADILAN
(YLBH – BK)









Sekretariat Pengurus Pusat :
Jalan Bau Baharuddin No. 2 Sengkang   
Kabupaten Wajo - Sulawesi Selatan
Telpon (0485) 21720 – 085212136401
Email : keadilan_bhakti@yahoo.co.id







NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
1.      Yayasan ini bernama:
YAYASAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BHAKTI KEADILAN (selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini cukup disebut Yayasan), berkedudukan dan berkantor pusat         di Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan.    
2.      Yayasan dapat membuka kantor cabang atau kantor perwakilan di tempat lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan keputusan Pengurus dengan persetujuan Pembina.
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Yayasan mempunyai maksud dan tujuan di bidang:
1.      Sosial;
2.      Kemanusiaan;
KEGIATAN
Pasal 3
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Yayasan menjalankan kegiatan yaitu sebagai berikut:          
1.      Di bidang Sosial:
a.       Mendirikan Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) disetiap lingkup Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada seluruh wilayah Republik Indonesia, serta Pos Lembaga Bantuan Hukum Bhakti Keadilan pada Perguruan Tinggi;
b.      Mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga dan/atau instansi-instansi Pemerintah maupun Non-Pemerintah di dalam Negeri serta dengan lembaga-lembaga Internasional Non-Pemerintah di luar Negeri;
c.       Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Bantuan Hukum bagi Advokat, Pembela Umum, Paralegal, Dosen, serta Mahasiswa Fakultas Hukum yang telah direkrut dan ataupun yang akan direkrut sebagai pemberi bantuan hukum;
d.      Menjadi tempat magang bagi calon Advokat, asistenAdvokat, Pembela Umum, Paralegal, Sarjana Hukum, dan Mahasiswa Fakultas Hukum.  
2.      Di bidang Kemanusiaan:
a.       Memberikan Bantuan Hukum baik di dalam maupun di luar Pengadilan secara cuma-cuma kepada masyarakat luas yang tidak mampu dan/atau kepada masyarakat luas yang tertindas dan termarginalkan;
b.      Menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum dan program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan bantuan hukum;
c.       Berperan serta aktif dalam penegakan hukum, proses pembentukan hukum dan pembaruan hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia  (Universal Declaration of Human Rights);
d.      Membina dan memperbaharui hukum serta mengawasi pelaksanaannya.

JANGKA WAKTU
Pasal 4
Yayasan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.
KEKAYAAN
Pasal 5
1.      Yayasan mempunyai kekayaan awal yang berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan, terdiri dari uang tunai sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).
2.      Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),kekayaan Yayasan dapat juga diperoleh dari:
a.       Sumbangan atau bantuan dari masyarakat secara sukarela yang bersifat tidak mengikat;
b.      Bantuan Pemerintah baik berupa uang, maupun alat/bahan untuk kelancaran kegiatan Yayasan;
c.       Wakaf;
d.      Dana hibah dari berbagai pihak yang legal dan bersifat tidak mengikat;
e.       Hibah Wasiat; dan
f.       Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

3.      Penggunaan kekayaan Yayasan:
a.       Kekayaan Yayasan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan Yayasan, guna mencapai maksud dan tujuan Yayasan;
b.      Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ Yayasan dalam rangka menjalankan tugasnya.
ORGAN YAYASAN
Pasal 6
Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari:
1.      Pembina;
2.      Pengurus;
3.      Pengawas.
PEMBINA
Pasal 7
1.      Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas;
2.      Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota  Pembina;
3.      Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota Pembina, maka seorang diantaranya diangkat sebagai Ketua Pembina;
4.      Yang dapat diangkat sebagai anggota Pembina adalah orang perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan/atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
5.      Anggota Pembina tidak diberi gaji dan/atau tunjangan oleh Yayasan;
6.      Dalam hal Yayasan oleh karena sebab apapun tidak mempunyai anggota Pembina, maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota Pembina berdasarkan keputusan Rapat Gabungan Anggota Pengawas dan Anggota Pengurus;
7.      Seorang anggota Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada Yayasan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

Pasal 8
1.      Masa jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya;
2.      Jabatan anggota Pembina akan berakhir dengan sendirinya apabila anggota Pembina tersebut:
a.       Meninggal dunia;
b.      Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (7);
c.       Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang- undangan yang berlaku;
d.      Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
e.       Dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan Pengadilan;
f.       Dilarang untuk menjadi anggota Pembina karena peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3.      Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan/atau anggota Pengawas;

TUGAS DAN WEWENANG PEMBINA
Pasal 9
1.      Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pembina;
2.      Kewenangan Pembina meliputi:
a.       Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
b.      Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan atau anggota Pengawas;
c.       Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
d.      Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan;
e.       Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan;
f.       Pengesahan laporan tahunan;
g.      Penunjukan likuidator dalam hal Yayasan dibubarkan.
3.      Dalam hal hanya ada seseorang anggota Pembina, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Ketua Pembina atau anggota Pembina berlaku pula baginya.


RAPAT PEMBINA
Pasal 10
1.      Rapat Pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1(satu) tahun, paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.
2.      Pembina dapat juga mengadakan rapat setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Pembina, anggota Pengurus, atau anggota Pengawas.
3.      Panggilan rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4.      Panggilan rapat itu harus mencantumkan hari, tanggal, waktu, tempat, dan acara rapat.
5.      Rapat Pembina diadakan di tempat kedudukan Yayasan, atau di tempat kegiatan Yayasan, atau di tempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia.
6.      Dalam hal semua anggota Pembina hadir, atau diwakili, panggilan tersebut tidak disyaratkan dan Rapat Pembina dapat diadakan di manapun juga dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
7.      Rapat Pembina dipimpin oleh Ketua Pembina, dan jika Ketua Pembina tidak hadir atau berhalangan, maka Rapat Pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota Pembina yang hadir.
8.      Seorang anggota Pembina hanya dapat diwakili oleh anggota Pembina lainnya dalam rapat Pembina berdasarkan surat kuasa.
Pasal 11
1.      Rapat Pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a.       Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pembina;
b.      Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf (a) tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pembina kedua;
c.       Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf (b), harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.      Rapat Pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pembina pertama;
e.       Rapat Pembina kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota Pembina.
2.      Keputusan Rapat Pembina diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
3.      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang sah.
4.      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
5.      Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut:
a.       Setiap anggota Pembina yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu)
suara untuk setiap anggota Pembina lain yang diwakilinya;
b.      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka dan ditandatangani, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir;
c.       Suara yang abstain dan suara yang tidak sah dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
6.      Setiap Rapat Pembina dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan Sekretaris Rapat.
7.      Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan Akta Notaris.
8.      Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pembina, dengan ketentuan semua anggota Pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pembina memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
9.      Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pembina.
10.        Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang Pembina, maka dia dapat mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
RAPAT TAHUNAN PEMBINA

Pasal 12

1.      Pembina wajib menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku Yayasan ditutup.
2.      Dalam rapat tahunan, Pembina melakukan:
a.       Evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun yang lampau sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan Yayasan untuk tahun yang akan datang;
b.      Pengesahan laporan tahunan yang diajukan Pengurus;
c.       Penetapan kebijakan umum Yayasan;
d.      Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan.
3.      Pengesahan laporan tahunan oleh Pembina dalam rapat  tahunan, berarti memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota Pengurus  dan Pengawas atas pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam laporan tahunan.

PENGURUS

Pasal 13

1.      Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
a.       Seorang Ketua;
b.      Seorang Sekretaris; dan
c.       Seorang Bendahara.
2.      Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Ketua, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai Ketua Umum.
3.      Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu) orang di antaranya diangkat sebagai Sekretaris Umum.
4.      Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai Bendahara Umum.

Pasal 14
1.      Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat, atau negara berdasarkan putusan Pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2.      Pengurus diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
3.      Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium apabila Pengurus Yayasan:
a.       Bukan Pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas; dan
b.      Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.
4.      Dalam hal jabatan pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
5.      Dalam hal semua jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengurus baru, dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengawas.
6.      Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
7.      Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengurus Yayasan, Pengurus yang menggantikan wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.
8.      Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina,
Pengawas atau Pelaksana Kegiatan.
Pasal 15
Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila:
1.      Meninggal dunia;
2.      Mengundurkan diri;
3.      Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
4.      Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
5.      Masa jabatan berakhir.

TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS

Pasal 16

1.      Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
2.      Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan untuk disahkan Pembina.
3.      Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh Pengawas.
4.      Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.      Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala  kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut:
a.       Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak termasuk mengambil uang Yayasan di Bank);
b.      Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha baik di dalam maupun di luar negeri;
c.       Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap;
d.      Membeli atau dengan cara lain mendapatkan / memperoleh harta  tetap atas nama Yayasan;
e.       Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta mengagunkan/membebani kekayaan Yayasan;
f.       mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus dan/atau Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan;
6.      Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a, b, c, d, e dan f harus mendapat persetujuan dari Pembina.

Pasal 17
Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal:
1.      Mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;
2.      Membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain;
3.      Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus, dan/ atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang bekerja pada Yayasan, yang perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
Pasal 18
1.      Ketua Umum bersama-sama dengan salah seorang anggota Pengurus lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
2.      Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang Ketua lainnya bersama-sama dengan Sekretaris Umum atau apabila Sekretaris Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, seorang Ketua lainnya bersama sama dengan seorang Sekretaris lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
3.      Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Ketua Umum berlaku juga baginya.
4.      Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan. Dalam hal hanya ada seorang Sekretaris, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Sekretaris Umum berlaku juga baginya.
5.      Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan Yayasan.
Dalam hal hanya ada seorang Bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Bendahara Umum berlaku juga baginya.
6.      Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina melalui rapat Pembina.
7.      Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan surat kuasa.


PELAKSANA KEGIATAN

Pasal 19

1.      Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan pelaksana Kegiatan Yayasan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.
2.      Yang dapat diangkat sebagai pelaksana kegiatan Yayasan adalah orang-perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan Yayasan, masyarakat, atau Negara berdasarkan keputusan Pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
3.      Pelaksana Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali dengan tidak mengurangi keputusan rapat Pengurus untuk memberhentikan sewaktu-waktu.
4.      Pelaksana kegiatan Yayasan bertanggung jawab kepada Pengurus.
5.      Pelaksana kegiatan Yayasan menerima gaji, upah, atau honorarium yang jumlahnya ditentukan berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus.
Pasal 20
1.      Dalam hal terjadi perkara di Pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus atau apabila kepentingan pribadi seorang anggota Pengurus bertentangan dengan Yayasan, maka anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan, maka anggota Pengurus lainnya bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
2.      Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan seluruh Pengurus, maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.

RAPAT PENGURUS

Pasal 21

1.      Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis dari satu orang atau lebih anggota Pengurus, Pengawas atau Pembina.
2.      Panggilan rapat Pengurus dilakukan oleh anggota Pengurus yang berhak mewakili Pengurus.
3.      Panggilan rapat Pengurus harus disampaikan kepada  setiap anggota Pengurus secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4.      Panggilan Rapat Pengurus itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5.      Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
6.      Rapat Pengurus dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina.
Pasal 22
1.      Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum.
2.      Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka rapat Pengurus akan dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari anggota Pengurus yang hadir.
3.      Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Pengurus berdasarkan surat kuasa.
4.      Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a.       Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah  pengurus;
b.      Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf (a) tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua;
c.       Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4)huruf (b), harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.      Rapat Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama;
e.       Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah Pengurus.
Pasal 23
1.      Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2.      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit lebih dari 1/2 (satu per dua) dari seluruh jumlah suara sah dalam rapat.
3.      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4.      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
5.      Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung  dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
6.      Setiap Rapat Pengurus dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Ketua rapat dan 1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai Sekretaris rapat.
7.      Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan Akta Notaris.
8.      Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengurus, dengan ketentuan semua anggota Pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pengurus memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
9.      Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat(8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengurus.

PENGAWAS

Pasal 24

1.      Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
2.      Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pengawas.
3.      Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) orang diantaranya dapat diangkat sebagai Ketua Pengawas.
Pasal 25
1.      Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan Pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2.      Pengawas diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
3.      Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
4.      Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengawas baru, dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengurus.
5.      Pengawas berhak untuk mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
6.      Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan, Pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.
7.      Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengurus atau Pelaksana Kegiatan.

Pasal 26
Jabatan Pengawas berakhir apabila:
1.      Meninggal dunia;
2.      Mengundurkan diri;
3.      Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
4.      Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
5.      Masa jabatan berakhir.
TUGAS DAN WEWENANG PENGAWAS
Pasal 27
1.      Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas pengawasan untuk kepentingan Yayasan.
2.      Ketua Pengawas dan/atau anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengawas.
3.      Pengawas berwenang:
a.       Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan Yayasan;
b.      Memeriksa dokumen;
c.       Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas;
d.      Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh
Pengurus ;
e.       Memberi peringatan kepada pengurus.
4.      Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih Pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.      Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan kepada yang bersangkutan, disertai alasannya.
6.      Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara itu Pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada Pembina.
7.      Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh Pembina sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), maka Pembina wajib memanggil anggota Pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.
8.      Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), Pembina dengan keputusan Rapat Pembina wajib:
a.       Mencabut keputusan pemberhentian sementara; atau
b.      Memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan.
9.      Dalam hal Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) dan ayat (8) Pasal ini, maka pemberhentian sementara batal demi hukum dan yang bersangkutan menjabat kembali jabatannya semula.
10.        Dalam hal seluruh Pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara Pengawas diwajibkan mengurus Yayasan.



RAPAT PENGAWAS
Pasal 28
1.      Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih Pengawas atau Pembina.
2.      Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili Pengawas.
3.      Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap Pengawas secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dalam hal yang mendesak jangka waktu tersebut dipersingkat, paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4.      Panggilan rapat itu harus mencantumkan, tanggal, waktu, tempat, dan acara rapat.
5.      Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
6.      Rapat Pengawas dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina.
Pasal 29
1.      Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Pengawas.
2.      Dalam hal Ketua Pengawas tidak dapat hadir atau berhalangan hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka rapat Pengawas akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota Pengawas yang hadir.
3.      Seorang anggota Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa.
4.      Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila:
a.       Dihadiri paling sedikit lebih dari 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Pengawas.
b.      Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua.
c.       Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d.      Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10  (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengawas Pertama.
e.       Rapat Pengawas Kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri oleh paling sedikit  1/2 (satu per dua) jumlah Pengawas.
Pasal 30
1.      Keputusan Rapat Pengawas harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2.      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua)jumlah suara yang sah.
3.      Dalam hal suara yang setuju dan yang tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4.      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain  dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
5.      Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
6.      Setiap Rapat Pengawas dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota Pengawas lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai Sekretaris rapat.
7.      Penandatanganan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan Akta Notaris.
8.      Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis dengan menandatangani persetujuan tersebut.
9.      Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengawas.

RAPAT GABUNGAN
Pasal 31
1.      Rapat Gabungan adalah rapat yang diadakan oleh Pengurus dan Pengawas untuk mengangkat Pembina, apabila Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina.
2.      Rapat Gabungan diadakan paling lambat 30 (tiga puluh)  hari terhitung sejak Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina.
3.      Panggilan Rapat Gabungan dilakukan oleh Pengurus.
4.      Panggilan Rapat Gabungan disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pengawas secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
5.      Panggilan Rapat Gabungan harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat, dan acara rapat.
6.      Rapat Gabungan diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
7.      Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua Pengurus.
8.      Dalam hal Ketua Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua Pengawas.
9.      Dalam hal Ketua Pengurus dan Ketua Pengawas tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Gabungan dipimpin oleh Pengurus atau Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengurus dan Pengawas yang hadir.
Pasal 32
1.      Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa.
2.      Satu orang Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa.
3.      Setiap Pengurus atau Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan dan 1 (satu) suara untuk setiap Pengurus atau Pengawas lain yang diwakilinya.
4.      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
5.      Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan, dan dianggap tidak ada.

KUORUM DAN PUTUSAN
RAPAT GABUNGAN
Pasal 33
1.      a. Rapat Gabungan adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri paling sedikit  2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengurus dan 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengawas.
b.         Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (a) tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Gabungan kedua.
c.          Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)huruf (b), harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d.         Rapat Gabungan kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Gabungan pertama.
e.          Rapat Gabungan kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri paling sedikit 1/2 (satu per dua) jumlah anggota Pengurus dan 1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota  Pengawas.
2.      Keputusan Rapat Gabungan sebagaimana tersebut di atas ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
3.      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari seluruh jumlah suara yang sah yang dikeluarkan dalam rapat.
4.      Setiap Rapat Gabungan dibuat Berita Acara Rapat, yang untuk pengesahannya ditandatangani oleh Ketua Rapat dan1 (satu) orang anggota Pengurus atau anggota Pengawas yang ditunjuk oleh rapat.
5.      Berita Acara Rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menjadi bukti yang sah terhadap Yayasan dan pihak ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi dalam rapat.
6.      Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (4) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan Akta Notaris.
7.      Anggota Pengurus dan anggota Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Gabungan, dengan ketentuan semua Pengurus dan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua Pengurus dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani usul tersebut.
8.      Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Gabungan.



TAHUN BUKU
Pasal 34
1.      Tahun buku Yayasan dimulai dari tanggal 1 (satu)Januari sampai dengan tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember.
2.      Pada akhir bulan Desember tiap tahun, buku Yayasan ditutup.
3.      Untuk pertama kalinya tahun buku Yayasan dimulai pada tanggal dari akta pendirian Yayasan ini dan ditutup pada tanggal 31-12-2014 (tiga puluh satu Desember dua ribu empat belas).
LAPORAN TAHUNAN
Pasal 35
1.      Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun buku Yayasan;
2.      Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya:
a.       Laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah dicapai;
b.      Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.
3.      Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus dan Pengawas.
4.      Dalam hal terdapat anggota Pengurus atau Pengawas yang tidak menandatangani laporan tersebut, maka yang bersangkutan  harus menyebutkan alasan tertulis.
5.      Laporan tahunan disahkan oleh Pembina dalam rapat tahunan.
6.      Ikhtisar laporan tahunan Yayasan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan diumumkan pada papan pengumuman di kantor Yayasan.
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 36
1.      Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan Rapat Pembina, yang dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Pembina.
2.      Keputusan Rapat yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
3.      Dalam hal keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan  paling sedikit 2/3  (dua per tiga) dari seluruh jumlah Pembina yang hadir dan atau yang diwakili.
4.      Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini tidak tercapai, maka diadakan pemanggilan Rapat Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal Rapat Pembina yang pertama.
5.      Rapat Pembina kedua tersebut sah, apabila  dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) dari seluruh Pembina.
6.      Keputusan Rapat Pembina kedua sah, apabila diambil berdasarkan persetujuan suara terbanyak dari jumlah Pembina yang hadir atau diwakili.
Pasal 37
1.      Perubahan Angaran Dasar dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.
2.      Perubahan Angaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan Yayasan.
3.      Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan Yayasan, harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
4.      Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
5.      Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Yayasan dinyatakan pailit, kecuali atas  persetujuan kurator.
PENGGABUNGAN
Pasal 38
1.      Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan 1 (satu) atau lebih Yayasan dengan Yayasan lain dan mengakibatkan Yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
2.      Penggabungan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan memperhatikan:
a.       Ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha tanpa dukungan Yayasan lain;
b.      Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung kegiatannya sejenis; atau
c.       Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya, ketertiban umum dan kesusilaan.
3.      Usul Penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh Pengurus kepada Pembina.
Pasal 39
1.      Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Pembina yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota Pembina dan disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari seluruh jumlah anggota Pembina yang hadir.
2.      Pengurus dari masing-masing Yayasan yang akan mengabungkan diri dan yang akan menerima pengabungan menyusun usul rencana penggabungan.
3.      Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dituangkan dalam rancangan akta penggabungan oleh Pengurus dari Yayasan yang akan mengabungkan diri dan yang akan menerima pengabungan.
4.      Rancangan akta pengabungan harus mendapat persetujuan dari Pembina masing-masing Yayasan.
5.      Rancangan sebagaimana dimaksud oleh ayat (4) dituangkan dalam akta pengabungan yang dibuat di hadapan Notaris dalam bahasa Indonesia.
6.      Pengurus Yayasan hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabungan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penggabungan selesai dilakukan.
7.      Dalam hal Penggabungan Yayasan diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, maka akta perubahan Anggaran Dasar Yayasan wajib disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan.
PEMBUBARAN
Pasal 40
1.      Yayasan bubar karena:
a.       Alasan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;
b.      Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai;
c.       Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
1)      Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
2)      Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau
3)      Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah pernyataan pailit dicabut.
2.      Dalam hal Yayasan bubar sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, Pembina menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan.
3.      Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka Pengurus bertindak sebagai likuidator.
Pasal 41
1.      Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi.
2.      Dalam hal Yayasan sedang dalam proses likuidasi, untuk semua surat keluar dicantumkan frasa “dalam likuidasi” di belakang nama Yayasan.
3.      Dalam hal Yayasan bubar karena putusan Pengadilan, maka Pengadilan juga menunjuk likuidator.
4.      Dalam hal pembubaran Yayasan karena pailit, berlaku peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.
5.      Ketentuan mengenai penunjukan, pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian, wewenang, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta pengawasan terhadap Pengurus, berlaku juga bagi likuidator.
6.      Likuidator atau Kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan Yayasan yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
7.      Likuidator atau Kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajib mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
8.      Likuidator atau Kurator dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Yayasan kepada Pembina.
9.      Dalam hal laporan mengenai pembubaran Yayasan sebagaimana dimaksud ayat (8) dan pengumuman hasil likuidasi sebagaimana dimaksud ayat (7) tidak dilakukan, maka bubarnya Yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
PENGGUNAAN KEKAYAAN SISA LIKUIDASI PENGGABUNGAN
DAN
PEMBUBARAN
Pasal 42
1.      Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan Yayasan yang bubar.
2.      Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang melakukan kegiatan yang sama dengan Yayasan yang bubar, apabila hal tersebut diatur dalam Undang-Undang yang berlaku bagi badan hukum tersebut.
3.      Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada Yayasan lain atau kepada badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, kekayaan tersebut diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan yang bubar.
PERATURAN PENUTUP
Pasal 43
1.      Hal-hal yang tidak diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diputuskan oleh Rapat Pembina.
2.      Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 7 ayat (4), Pasal14 dan Pasal 25 ayat (1) Anggaran Dasar ini mengenai tata cara pengangkatan Pembina, Pengurus dan Pengawas untuk pertama kalinya diangkat susunan Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan dengan susunan sebagai berikut:
PEMBINA, terdiri dari:
KETUA               :    Tuan ARIANTO, Sarjana Hukum, lahir di Watampone, pada tanggal 28-08-1959 (dua puluh delapan Agustus seribu sembilan ratus lima puluh sembilan), Warga Negara Indonesia, Advokat / Penasehat Hukum, bertempat tinggal di Jalan Serikaya Blok PP Nomor 17, Kelurahan / Desa Atakkae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.
                                 Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 7313062808590004.
     
      PENGURUS, terdiri dari:
  KETUA UMUM :    Tuan BAKRI REMMANG, Sarjana Hukum, lahir di Belawa, pada tanggal 10-07-1977 (sepuluh Juli seribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh), Warga Negara Indonesia, Advokat/Penasehat Hukum, bertempat tinggal di Jalan Bau Mahmud Nomor 97 A   Sengkang, Kelurahan/Desa Teddaopu, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo. Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 7313061007770005.
      KETUA I            :    Tuan UMAR, Sarjana Hukum, lahir di Sidrap, pada tanggal 15-01-1967 (lima belas Januari seribu sembilan ratus enam puluh tujuh), Warga Negara Indonesia, Advokat/Penasehat Hukum, bertempat tinggal di Sekolah, Kelurahan/ Desa Kalosi, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidenreng Rappang. Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
                                       7314091501670001.
SEKRETARIS    :    Tuan SYAMSUL RIADI, Ahli Madya, Sarjana Hukum Islam, lahir di Ganra Soppeng, Pada tanggal 20-10-1983 (dua puluh Oktober seribu sembilan ratus delapan puluh tiga), Warga Negara Indonesia,
                                 Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Jalan Andi Magga, Kelurahan/Desa Bulupabbulu, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.  Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 7313062010830007.
BENDAHARA   :    Tuan MUHAMMAD IDRIS, Sarjana Hukum, lahir di Mannyili, pada tanggal 27-10-1980 (dua puluh tujuh Oktober seribu sembilan  ratus delapan puluh), Warga Negara Indonesia, Wiraswasta, bertempat tinggal di Jalan Haji Andi Ninnong, Kelurahan/ Desa Teddaopu, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.
Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : 7313062710800004.

  
PENGAWAS, terdiri dari:
KETUA               :    Tuan ANDI SAMSIR, Sarjana Hukum, Magister Hukum,
lahir di Ujung Pandang, pada tanggal 24-02-1967 (dua puluh empat Februari seribu sembilan ratus enam puluh tujuh), Warga Negara Indonesia, Advokat/ Dosen, bertempat tinggal di Jalan Datuk Sulaiman Nomor 14 Sengkang, Kelurahan / Desa Padduppa, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.  Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : 7313062402670001.
3.      Pengangkatan anggota Pembina Yayasan, anggota Pengurus Yayasan dan anggota Pengawas Yayasan tersebut telah diterima oleh masing-masing yang bersangkutan dan harus disahkan dalam Rapat Pembina yang pertama kali diadakan, setelah akta pendirian ini mendapat pengesahan atau didaftarkan pada instansi yang berwenang.

                                                                            Ditetapkan di    : Sengkang
                                                                             Pada Tanggal    : 07 Juli 2014

                                                                             cap dan ditanda tangani


                                                                               ADVOKAT  BAKRI REMMANG, S.H.

                                                                                Pendiri LBH Bhakti Keadilan /Ketua Umum

Posting Komentar

 
Kantor Pusat : Jl. Bau Baharuddin No. 2 Sengkang | email : bhakti-keadilan@yahoo.co.id
Copyright © 2014. Posbakum Bhakti Keadilan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Jhony
Proudly powered by Posbakum Bhakti Keadilan